Pakistan ancam balas India dengan nuklir di tengah konflik Kashmir

.

Menteri Pakistan Hanif Abbasi memperingatkan India soal kesiapan penggunaan senjata nuklir jika konflik semakin membesar. (Foto/Brookings)


Ketegangan antara India dan Pakistan kembali mencapai titik kritis setelah serangan mematikan di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Dalam perkembangan terbaru, Menteri Perkeretaapian Pakistan, Hanif Abbasi, secara terbuka mengancam India dengan kemungkinan penggunaan senjata nuklir di tengah memuncaknya permusuhan antara kedua negara bertetangga tersebut.

Dalam pidatonya yang disiarkan secara nasional pada hari Minggu, Abbasi memperingatkan bahwa Pakistan memiliki sejumlah besar rudal balistik dan sekitar 130 hulu ledak nuklir, yang menurutnya bukan sekadar untuk pameran kekuatan. 

"Tidak ada yang tahu di mana kami menyembunyikan senjata nuklir kami di seluruh negeri. Saya ulangi, semua rudal balistik ini diarahkan kepada Anda," tegas Abbasi, seperti dilaporkan oleh NDTV pada Senin, 28 April 2025.

Pernyataan ini muncul setelah keputusan pemerintah India pada Rabu sebelumnya untuk secara sepihak menangguhkan Perjanjian Perairan Indus—kesepakatan penting yang mengatur pembagian air sungai di kawasan tersebut.

Menanggapi langkah ini, Abbasi memperingatkan bahwa jika India menghentikan pasokan air ke Pakistan, maka negara tersebut harus siap menghadapi peperangan.

India membenarkan penangguhan perjanjian itu dengan alasan bahwa langkah tersebut diperlukan sampai Pakistan secara meyakinkan menghentikan dukungan terhadap aktivitas terorisme lintas batas. 

Penangguhan ini merupakan langkah yang belum pernah diambil sebelumnya, mengingat pentingnya perjanjian tersebut bagi kelangsungan hidup jutaan orang di kedua negara.

Hubungan India dan Pakistan, yang telah lama diwarnai ketegangan, semakin memburuk setelah serangan teror di Lembah Baisaran, Jammu dan Kashmir, yang dikenal sebagai "Mini Swiss". 

Dalam insiden berdarah tersebut, 26 turis Hindu—25 dari India dan satu dari Nepal—ditembak mati oleh sekelompok pria bersenjata. India segera menuding Pakistan mendukung infiltrasi militan ke wilayah Kashmir, tuduhan yang segera dibantah keras oleh Islamabad.

Kelompok militan The Resistance Front (TRF), yang diyakini memiliki hubungan dengan Lashkar-e-Taiba—organisasi teroris berbasis di Pakistan—mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Otoritas keamanan India melaporkan bahwa dua tersangka pelaku serangan merupakan warga negara Pakistan.

Sebagai respon atas serangan tersebut, pemerintah India mengambil langkah diplomatik tegas dengan menurunkan tingkat hubungan diplomatik, mengusir diplomat Pakistan, dan menutup perbatasan darat antara kedua negara. Pemerintah Pakistan kemudian melakukan tindakan serupa, sembari menuduh India terus menindas komunitas Muslim di Kashmir.

Situasi di lapangan semakin panas, dengan laporan mengenai baku tembak antara pasukan India dan Pakistan di sepanjang Garis Kontrol (LoC)—batas de facto yang membelah Kashmir—yang berlangsung hingga malam ketiga berturut-turut. Pasukan keamanan India juga dikabarkan melancarkan operasi kontra-terorisme di sisi perbatasan mereka.

Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, dalam wawancaranya dengan Sky News di awal pekan ini, memperingatkan bahwa konflik yang terus membara ini berpotensi berkembang menjadi "perang habis-habisan" antara dua negara berkekuatan nuklir. 

Ia menekankan bahwa akibat dari konflik semacam itu bisa berujung pada "hasil yang tragis" bagi kedua belah pihak dan kawasan secara keseluruhan.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama